Mengenal Tumenggung Poesponegoro
MENGENAL TUMENGGUNG POESPONEGORO
Bupati Gresik Pertama dan Musyid Thoriqoh Syattariyah ke-29
*****
Kanjeng Tumenggung Posponegoro lahir di Gresik (Tandhes) pada tahun 1651(1062 H) dari pasangan Ki Kemis (Kyai Ageng Setra II) Lurah Gresik dengan Nyimas Ajoe (kakak Kandung Umbul Gresik, Kanjeng Tumenggung Naladika). Beliau keturunan ke-10 dari Prabu Kertawidjaja Widjayaparakrama Watdhana (Bhre Toemapel-Prabu Brawijaya V, Maharaja majapahit 1448-1451).
Setelah dewasa diangkat menjadi Lurah Gresik menggantikan ayahnya. Beliau menikah dengan Raden Rara Teleng putri Umbul Gresik K.T. Naladika (1660-1675). Selanjutnya diangkat menjadi Mantri Nayaka Gresik (1675-1688). Kemudian diangkat Sunan Amangkurat II Matarama menjadi Bupati Gresik (Tandhes) pertama dengan gelar Kyai Tumenggung Poesponegoro(1688-1696M/1100-1108H). Wilayah Gresik yang (Tandhes) yang rusak dan hancur akibat peperangan secara fisik dapat dibangun Kembali, dipulihkan keamanan, ekonomi, social budaya, keagamaan. Masjid Jami’ Gresik didirikan kali pertama dan setiap desa di Gresik wajib didirikan masjid jami’. Selian umaro’ beliau juga ulama’dalam dakwah dan tercatat sebagai mursyid thoriqoh Syattariyah ke-29 dari jalur Sunan Giri.
K.T. Poesponegoro mengamalkan dan mengajarkan thoriqoh Syattariyah tentang hakekat Allah, Muahmmad. Adam, Tauhid, Ma’rifat, Dzat, Sifat, dan Asma’. Beliau menulis kitab Serat Jati Murni, Palintangan, Palalindon, Serat Jati Murti. Diamalkan dan diajarkan Dzikir Thawaf, Nafi Itsbat, Isbats Faqad, Ismu Dzat, Tarraqi, Tanazzul, Ism Ghoib, dan ajaran moral-spiritual Islam.
Kyai Tumenggung (KT.) Poesponegoro wafat pada usia 70 tahun tepatnya pada hari Selasa-Pon, 11 November 1721 (20 Muharram 1132H/20 Suro 1644), dan dimakamkan di komplek makam Pusoro Asmarantaka Gapuro Sukolilo (Pusara Katumenggungan Gresik). Pada komplek Makam Gapuro Sukolilo juga terdapat makam antara lain Tumenggung Ario Negoro, Kyai Tumenggung Djojodiredjo dan Kyai Tumenggung Soeronegoro dan kerabat lainnya. Makam ini sebenarnya disebut komplek makam Asmarataka, tetapi sekarang lebih lazim disebut komplek makam Poesponegoro.
Pada komplek pemakaman ini terdapat tiga pintu masuk, yaitu Paduraksa I (Timur), Paduraksa II atau tabir timur dan Paduraksa Utama, tepat di depan cungkup makamnya dengan dua baris tulisan berhuruf arab di atas, dan dua baris tulisan dengan aksara Jawa di bawahnya. Lalu sebaris tulisan berhuruf latin berbunyi Makam Poespo Negoro. Sedangkan Bangunan cungkup makam berupa bangunan kuno berdinding tebal dengan lubang pintu masuk yang cukup rendah yang membuat orang harus membungkuk untuk masuk ke dalamnya. Jirat Kubur KT. Pusponegoro terbuat dari batu andesit, dengan nisan berukir terbuat dari batu putih dan terdapat inkripsi yang sudah mulai memudar termakan usia.
Saat ini, makam beliau menjadi salah satu obyek wisata religi yang ramai dikunjungi wisatawan. Banyak pengunjung yang datang ke tempat ini untuk berdoa dan bermunajad. Hal itu juga disebabkan komplek makam tersebut berdekatan dengan komplek makam Sunan Maulana Malik Ibrahim.
*****
Rabu, 27 Desember 2023


Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Mantap ulasan nya
Terima kasih apresiasinya bunda
Terimakasih admin